08/02/09

penyalahgunaan NAPZA

Pengertian Penyalahgunaan Napza

Apa yang dimaksud dengan penyalahgunaan NAPZA?

NAPZA pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk pengobatan dan penelitian. Tujuannya adalah untuk kebaikan manusia. Namun berbagai jenis obat tersebut kemudian juga dipakai untuk tujuan bukan penelitian dan pengobatan, melainkan disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sementara atau mengatasi persoalan sementara. Pemakaian obat tanpa petunjuk medis merupakan penyalahgunaan. Penyalahgunaan NAPZA cenderung mengakibatkan ketergantungan/dependensi, atau kecanduan. Biasanya penyalahgunaan menghasilkan akibat yang serius dan dalam beberapa kasus bisa fatal dan mengakibatkan kematian serta kerugian sosial dan ekonomi yang luar biasa.

Penyalahgunaan NAPZA adalah Pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter. Digunakan secara berkali-kali atau terus menerus. Seringkali menyebabkan ketagihan atau ketergantungan baik secara fisik/jasmani maupun mental emosional. Menimbulkan gangguan fisik mental emosional dan fungsi sosial.

Bagaimana orang menyalahgunakan NAPZA?

Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian obat dan zat-zat berbahaya lain dengan maksud bukan untuk tujuan pengobatan dan/atau penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan serta dosis yang benar. Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan mengakibatkan ketergantungan, dependensi, adiksi atau kecanduan.

NAPZA Berbahaya Karena,
  • Digunakan tanpa supervisi dokter

  • penyalahgunaan biasanya sudah banyak campuran berbahaya, tidak lagi murni (Designer drugs)

  • Takaran tidak sesuai dengan persyaratan

  • Umumnya penyalahgunaan Napza digunakan berbarengan dengan zat-zat lain yang mempunyai efek yang berbeda

  • Faktor kepribadian individu yang berinteraksi dengan efek obat
Tahapan Pengguna Napza

Karena bermula dari rasa ingin tahu, senang-senang / hura-hura, seringkali pada awalnya pemakai berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba saja tidak mungkin bisa jadi kecanduan / ketagihan. Kenyataannya, walaupun hanya coba-coba (experimental user) derajat pemakaian tanpa disadari akan meningkat (intensive user) dan pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada obat tersebut (compulsary user). Dalam hal pemakaian biasanya pemakai narkoba dapat dibedakan dalam:

Pemakai Coba-coba

Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau agar diakui oleh kelompoknya

Pemakai Sosial/Rekreasi

Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai, umumnya dilakukan dalam kelompok

Pemakai Situasional

Biasanya Untuk menghilangkan perasaan ketegangan, kesedihan, kekecewaan

Pemakai Ketergantungan

Biasanya sudah tidak dapat melalui hari tanpa mengkonsumsi napza, mau melakukan apa saja untuk mendapatkannya

Lebih banyak orang bukan pemakai, banyak pemakai yang hanya sekedar mencoba-coba dan berhenti, ada sejumlah orang hanya memakai pada kesempatan-kesempatan tertentu untuk pergaulan atau penerimaan sosial, sebagian adalah pemakai yang berulang dan mencari NAPZA sebagai sebuah kebutuhan, dan sejumlah kecil adalah para pemakai yang sudah tidak lagi dapat melepaskan diri dari NAPZA (tergantung , kecanduan)

Faktor yang mempengaruhi penyalahgunaan Napza

Internal

pertama adalah Individu. Individulah yang paling berperan menentukan apakah ia akan atau tidak akan menjadi pengguna NAPZA. Keputusannya dipengaruhi oleh dorongan dari dalam maupun luar dirinya. Dorongan dari dalam biasanya menyangkut kepribadian dan kondisi kejiwaan seseorang yang membuatnya mampu atau tidak mampu melindungi dirinya dari penyalahgunaan NAPZA. Dorongan atau motivasi merupakan predisposisi untuk menggunakan obat, misalnya ingin mencobacoba, pendapat bahwa NAPZA bisa menyelesaikan masalahnya, dst. Dorongan memakai NAPZA bisa disebabkan adanya masalahpribadi seperti stress, tidak percaya diri, takut, ketidakmampuan mengendalikan diri, tekanan mental dan psikologis menghadapi berbagai persoalan, dan masih banyak lagi yang menyangkut diri atau kepribadian seseorang. Kepribadian tidak begitu saja terbentuk dari dalam individu melainkan juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang tertanam sejak kecil melalui proses enkulturasi dan sosialisai baik dari keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Kemampuan membentuk konsep diri (self concept), sistem nilai yang teguh sejak kecil, dan kestabilan emosi merupakan beberapa ciri kepribadian yang bisa membantu seseorang untuk tidak mudah terpengaruh atau terdorong menggunakan NAPZA.

Faktor-faktor individual penyebab penyalahgunan NAPZA antara lain:
  • Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai akibatnya

  • Keinginan untuk mencoba-coba karena "penasaran"

  • Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)

  • Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya (fashionable)

  • Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok (konformitas)

  • Lari dari kebosanan, masalah atau kegetiran hidup

  • Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan ketagihan

  • Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA

  • Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA
Eksternal

Faktor kedua adalah masyarakat dan lingkungan sekitar yang tidak mampu mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA, bahkan membuka kesempatan pemakaian NAPZA. Yang dimaksud dengan faktor kesempatan di sini adalah tersedianya situasi-situasi "permisif" (memungkinkan) untuk memakai NAPZA di waktu luang, di tempat rekreasi seperti diskostik, pesta dll,. Lingkungan pergaulan dan lingkungan sebaya merupakan salah satu pendorong kuat untuk menggunakan NAPZA. Keinginan untuk menganut nilai-nilai yang sama dalam kelompok (konformitas), diakui (solidaritas), dan tidak dapat menolak tekanan kelompok (peer pressure) merupakan hal-hal yag mendorong penggunaan NAPZA. Dorongan dari luar adalah ajakan, rayuan, tekanan dan paksaan terhadap individu untuk memakai NAPZA sementara individu tidak dapat menolaknya.

Dorongan luar juga bisa disebabkan pengaruh media massa yang memperlihatkan gaya hidup dan berbagai rangsangan lain yang secara langsung maupun tidak langsung mendorong pemakaian NAPZA. Di lain pihak, masyarakat pula yang tidak mampu mengendalikan bahkan membiarkan penjualan dan peredaran NAPZA, misalnya karena lemahnya penegakan hukum, penjualan obat-obatan secara bebas, bisnis narkotika yang terorganisir. NAPZA semakin mudah diperoleh dimanamana dengan harga terjangkau . Berbagai kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan NAPZA memudahkan terjadinya penggunaan dan penyalahgunaan NAPZA

Zat dalam Napza

Faktor ketiga adalah zat-zat di dalam NAPZA. Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan NAPZA, maka secara fisik dan psikologis (sugesti) orang tersebut tidak dapat lagi hidup normal tanpa ada zat-zat NAPZA di dalam tubuhnya. Secara fisik ia akan merasa kesakitan dan sangat tidak nyaman bila tidak ada zat yang biasanya ada dalam tubuhnya. Kesakitan dan penderitaannya hanya akan berhenti ketika zat-zat tersebut kembali berada dalam tubuhnya. Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nikmat yang biasa ia rasakan ketika zat-zat tersebut bereaksi dalam tubuhnya dalam bentuk perubahan perasaan dan pikiran. Ketika kenikmatan itu tidak ada, pikiran dan perasaannya hanya terfokus pada kebutuhan tersebut.

Pikiran dan perasaannya kembali tenang ketika zat tersebut kembali ada dalam tubuhnya. Zat-zat yang memberikan "kenikmatan" bagi pemakainya mendorong terjadinya pemakaian berulang, pemakaian berkepanjangan, dan ketergantungan karena peningkatan dosis pemakaian yang terus bertambah (toleransi). Lingkaran setan seperti inilah yang menyebabkan ketergantungan.

Dampak penyalahgunaan Napza

Fisik

Efek NAPZA bagi tubuh tergantung pada jenis NAPZA, jumlah dan frekuensi pemakaian, cara menggunakan serta apakah digunakan bersamaan dengan obat lain, faktor psikologis (kepribadian, harapan dan perasaan saat memakai) dan factor biologis (berat badan, kecenderungan alergi, dll)

Secara fisik organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistim syaraf pusat yaitu otak dan sum-sum tulang belakang, organ-organ otonom (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera (karena yang dipengaruhi adlah susunan syaraf pusat). Pada dasarnya penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh organ tubuh, yaitu :
  1. Gangguan pada sistim syaraf (neurologis) seperti kejangkejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi

  2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti infeksi akut otot jantung, ganguan peredaran darah

  3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : pernanahan, bekas suntikan, alergi

  4. Gangguan pada paru-paru seperti : penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paruparu, penggumpulan benda asing yang terhirup

  5. Gangguan pada darah : pembentukan sel darah terganggu

  6. Gangguan pencernaan (gastrointestinal) : mencret, radang lambung & kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati, pengerasan dan pengecilan hati

  7. Gangguan sistim reproduksi seperti gangguan fungsi seksual sampai kemandulan, gangguan fungsi reproduksi, ketidakteraturan menstruasi, cacat bawaan pada janin yang dikandung

  8. Gangguan pada otot dan tulang seperti peradangan otot akut, penurunan fungsi otot (akibat alcohol)

  9. Dapat terinveksi virus Hepatisit B dan C, serta HIV akibat pemakaian jarum suntik bersama-sama. Saat ini terbukti salah satu sebab utama penyebaran HIV/AIDS yang pesat, terjadi melalui pertukaran jarum suntik di kalangan pengguna NAPZA suntik (Injecting Drug Users)

  10. Kematian. Sudah terlalu banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena pemakaian berlebih (over dosis) dan kematian karena AIDS dan penyakit lainnya.
Psikis/Psikologis

Ketergantungan fisik dan psikologis kadangkala sulit dibedakan, karena pada akhirnya ketergantungan psikologis lebih mempengaruhi. Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya.

Berbagai gangguan psikhis atau kejiwaan yang sering dialami oleh mereka yang menyalahgunakan NAPZA antara lain depresi, paranoid, percobaan bunuh diri, melakukan tindak kekerasan, dll.

Gangguan kejiwaaan ini bisa bersifat sementara tetapi juga bias permanen karena kadar kergantungan pada NAPZA yang semakin tinggi. Gangguan psikologis paling nyata ketika pengguna berada pada tahap compulsif yaitu berkeinginan sangat kuat dan hampir tidak bisa mengendalikan dorongan untuk menggunakan NAPZA. Dorongan psikologis memakai dan memakai ulang ini sangat nyata pada pemakai yang sudah kecanduan.

Banyak pengguna sudah mempunyai masalah psikologis sebelum memakai NAPZA dan penyalahgunaan NAPZA menjadi pelarian atau usaha mengatasi masalahnya. NAPZA tertentu justru memperkuat perasaan depresi pada pengguna tertentu. Demikian pula ketika mereka gagal untuk berhenti. Depresi juga akan dialami karena sikap dan perlakukan negatif masyarakat terhadap para pengguna NAPZA.

Gejala-gejala psikologis yang biasa dialami para pengguna NAPZA adalah :
  1. Keracunan (Intoksikasi), adalah suatu keadaan ketika zat-zat yang digunakan sudah mulai meracuni darah pemakai dan mempengaruhi perilaku pemakai, misalnya tidak lagi bisa berbicara normal, berpikir lambat dll. Perilaku orang mabuk adalah salah satu bentuk intoksikasi NAPZA.
  2. Peningkatan Dosis (Toleransi), yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang membutuhkan jumlah zat yang lebih banyak untuk memperoleh efek yang sama setelah pemakaian berulang kali. Dalam jangka waktu lama, jumlah atau dosis yang digunakan akan meningkat. Toleransi akan hilang jika gejala putus obat hilang.
  3. Gejala Putus Obat (withdrawal syndrome) adalah keadaan dimana pemakai mengalami berbagai gangguan fisik dan psikis karena tidak memperoleh zat yang biasa ia pakai. Gejalanya antara lain gelisah, berkeringat, kesakitan, mualmual. Gejala putus obat menunjukkan bahwa tubuh membutuhkan zat atau bahan yang biasa dipakai. Gejala putus obat akan hilang ketika kebutuhan akan zat dipenuhi kembali atau bila pemakai sudah terbebas sama sekali dari ketergantungan pada zat/obat tertentu. Menangani gejala putus obat bukan berarti menangani ketergantungannya pada obat. Gejala putus obatnya selesai, belum tentu ketergantungannya pada obatpun selesai.
  4. Ketergantungan (dependensi), adalah keadaan dimana seseorang selalu membutuhkan zat/obat tertentu agar dapat berfungsi secara wajar baik fisik maupun psikologis. Pemakai tidak lagi bisa hidup wajar tanpa zat/obat-obatan tersebut.

Sosial-Ekonomi

Dampak sosial menyangkut kepentingan lingkungan masyarakat yang lebih luas di luar diri para pemakai itu sendiri. Lingkungan masyarakat adalah keluarga, sekolah, tempat tinggal, bahkan bangsa. Penyalahgunaan NAPZA yang semakin meluas merugikan masyarakat di berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek kesehatan, sosial psikologis, hukum, ekonomi dsb.

Aspek Kesehatan. Dalam aspek kesehatan, pemakaian NAPZA sudah pasti menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan para pemakai. Tetapi penyalahgunaan NAPZA tidak hanya berakibat buruk pada diri para pemakai tetapi juga orang lain yang berhubungan dengan mereka. Pemakaian NAPZA melalui pemakaian jarum suntik bersama misalnya, telah terbukti menjadi salah satu penyebab meningkatnya secara drastis penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, selain penyakit lain seperti Hepatitis B dan C. Beberapa jenis NAPZA yang sangat popular saat ini seperti Putaw dan Shabu-shabu juga digunakan dengan cara menyuntikan ke dalam tubuh (disamping ditelan atau dihirup). Penggunaan NAPZA melalui jarum suntik bergantian adalah salah satu cara paling efisien untuk menularkan HIV/AIDS di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia, sampai saat ini. Sampai hari ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan atau mencegah AIDS. Sementara itu, data menunjukkan bahwa pengguna NAPZA dan mereka yang terkena AIDS melalui penggunan NAPZA (melalui jarum suntik dan seks tidak aman) adalah justru mereka yang berusia muda dan produktif. Apa yang akan terjadi pada bangsa ini bila sebagian penduduk mudanya yang produktifnya sakit dan meninggal karena NAPZA dan AIDS.

Selanjutnya para pengguna NAPZA juga menyebarkan HIV melalui hubungan seksual dengan pasangan-pasangannya sehingga HIV juga cepat menyebar di dalam masyarakat luas.

Aspek Sosial dan Psikologis. Penyalahgunaan NAPZA cenderung mengakibatkan tekanan berat pada orang-orang terdekat pemakai seperti saudara, orang tua, kerabat, teman. Keluarga sebagai unit masyarakat terkecil harus menanggung beban social dan psikologis terberat menangani anggota keluarga yang sudah terjerumus dalam penyalahgunaan NAPZA. Bisa dibayangkan masyarakat seperti apa yang akan tercipta, bila semakin lama semakin banyak keluarga dimana ada anggotanya pengguna NAPZA.

Aspek Hukum Dan Keamanan pun mau tidak mau berkaitan dengan penyalahgunaan NAPZA. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak perilaku menyimpang seperti perkelahian, tawuran, kriminalitas, pencurian, perampokan, perilaku seks berisiko, dst. dipengaruhi atau bahkan dipicu oleh penggunaan NAPZA. Pemakai NAPZA seringkali tidak dapat mengendalikan diri dan bersikap sesuai dengan norma-norma umum masyarakat. Di lain pihak ketergantungan pada NAPZA seringkali mendorong pemakai untuk melakukan apa saja guna memenuhi kebutuhannya akan NAPZA, seperti mencuri dan merampok. Perilaku menyimpang ini jelas mengganggu ketenteraman dan kenyamanan masyarakat yang terkena imbas perilaku penyalahgunaan NAPZA, misalnya dengan terjadinya berbagai perilaku kriminal. Pemakai NAPZA yang sulit mengendalikan prikiran dan perilakunya juga mudah menyakiti (pada kasus-kasus tertentu bahkan membunuh) dirinya sendiri maupun orang lain.

Aspek Ekonomis. Aspek ekonomis dari penyalahgunaan NAPZA sudah sangat nyata yaitu semakin berkurangnya sumber daya manusia yang potensial dan produktif untuk membangun negara. Para pemakai NAPZA tidak membantu, tetapi justru menjadi beban bagi negara. Bukan hanya dalam bentuk ketiadaan tenaga dan sumbangan produktif, tetapi negara justru harus mengeluarkan biaya sangat besar untuk menanggulangi persoalan penyalahgunaan NAPZA. Perawatan dan penanganan para pemakai NAPZA tidaklah murah. Biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk kesehatan jelas meningkat dengan meningkatnya masalah kesehatan akibat pemakaian NAPZA.

Memang sangatlah besar kerugian ekonomis dari penyalahgunaan NAPZA baik bagi individu, masyarakat maupun negara. Belum ditemukan satu penelitian yang khusus mengkaji dampak ekonomi penyalahgunaan NAPZA di Indonesia. Tetapi sebagaui acuan, dapat digunakan hasil penelitian yang dilakukan The Lewin Group for the National Institute on Drug Abuse and the National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism yang memperkirakan biaya ekonomi total untuk penyalahgunaan NAPZA di tahun 2000 sekitar $161 billion atau sekitar 14 triliun rupiah.
  • $110 billion atau sekitar 9,9 triliun rupiah untuk kehilangan produktivitas

  • $12.9 billion atau 1,1 triliun rupiah untuk biaya kesehatan

  • $35 billion atau 3,1 triliun rupiah untuk biaya pencegahan dan penanggulangan NAPZA

  • Biaya lain yang tak bisa diukur dengan uang seperti kematian anak, kesakitan, kelahiran anak cacat karena ibu pengguna, keterlantaran, dll.

Perkiraan biaya tersebut terus menerus meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya antara lain karena meningkatnya epidemi HIV dan jumlah penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun. Penelitian ini juga menyatakan bahwa sebagian besar (46 persen) biaya harus ditanggung negara, dan sebagian lainnya (44 persen) ditanggung oleh pengguna dan anggota keluarganya. Keadaan seperti ini sangat mungkin juga menggambarkan situasi Indonesia. Perkiraan biaya / kerugian negara meliputi :
  1. Biaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA (upaya pencegahan, kontrol, penanganan oleh para penegak hukum)

  2. Biaya kesehatan untuk perawatan dan biaya lain yang berkiatan dengan kesehatan: pengobatan dan perawatan penyakit akibat penyalahgunaan NAPZA maupun penyakit lain yang berkaitan seperti over-dosis, hepatitis B dan C, HIV/AIDS, penyakit jantung, dll.; perawatan dan rehabilitasi medis di rumah sakit dan pusat-pusat rehabilitasi, penanganan korban kekerasan akibat penyaklahgunaan NAPZA; Konseling dan penanganan psikologis,; asuransi kesehatan, dll.

  3. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kehilangan produktivitas (penghasilan negara): karena penyakit dan kematian dini; perawatan berkepanjangan dalam lembaga perawatan seperti rumah sakit atau pusat rehabilitasi, menjadi tahanan di penjara karena pelanggaran hukum. Pendeknya, hilangnya kemampuan berproduksi dari korban maupun pelaku kekerasan akibat penggunaan NAPZA

  4. Biaya sosial lain seperti kriminalitas, kekerasan, dan gangguan kesejahteraan sosial. Lebih dari setengah biaya yang dikeluarkan negara berkaitan dengan kriminalitas dan kekerasan akibat penyalahgunaan NAPZA, antara lain : tindakan pencegahan, penanganan dan penahanan oleh para penegak hukum (polisi dan pengadilan); kerusakan dan kehilangan barang, dll.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar